MORBILI
Disusun Untuk
Tugas Mata Kuliah TIK
Dosen Pengampu :
Rismawan Adi Yunanto, S.Kep,Ns.

Oleh :
Farida Kusuma
Wardani
NIM. 16037140929
PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
BONDOWOSO
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Campak adalah suatu
penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini
ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang kemudian
diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang
anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan
gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).
Penyakit campak pada
waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik
anak mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada jika sudah dewasa. Tetapi
sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena tiidak jarang menimbulkan
kematian yang disebabkan komplikasinya.
Morbili ialah penyakit
virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar,
stadium erupsi dan stadium konvalensi. Penyebab morbili adalah virus morbili
yang terdapat dalam sekret nasofaring, darah dan urin selama masa prodromal
sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan droplet dan
kontak.
Biasanya penyakit ini
timbul pada masa kanak-kanak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang
dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya
berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya
sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
a)
Mahasiswa mengetahui
pengertian campak
b) Mahasiswa
mengetahui etiologi campak
c) Mahasiswa
mengetahui patologi campak
d) Mahasiswa
mengetahui gambaran klinis campak
e) Mahasiswa
mengetahui cara penularan
f) Mahasiswa
mengetahui komplikasi campak
g) Mahasiswa
mengetahui cara pencegahan campak
h) Mahasiswa
mengetahui penatalaksanaan campak]
1.2.2 Tujuan
Khusus
Agar mahasiswa memahami
konsep campak pada anak dan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan proses
keperawatan campak pada anak dengan
benar
1.3
Manfaat
Dapat di gunakan sebagai
masukan bagi pengelola program dalam melakukan upaya pembrantasan dan
pencegahan penyakit Campak berdasarkan faktor resiko yang telah terbukti di
lapangan .
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1
Definisi
Morbili adalah penyakit
virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar,
stadium erupsi dan stadium konvalensi.Campak adalah suatu penyakit akut yang
sangat menular yang disebabkan oleh virus (widoyono, 2008).
2.2
Etiologi
Virus campak merupakan
virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Sampai saat ini
hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan
Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak
selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.
Virus campak adalah
organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh
manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat
infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15
minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C,
beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah (Soegeng
Soegijanto, 2002).
2.3 Epidemiologi
Campak merupakan
penyakit endemik di banyak negara terutama di negara berkembang. Angka kesakitan
diseluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus
per 1000 orang. Campak masih ditemukan
di negara maju. Sebelum ditemukan
vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus
campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya
ditemukan kurang dari 100 kasus pada tahun 1998.
Angka kesakitan campak
di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang dilaporkan, meskipun pada
kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak.
Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak
perlu diobati.
Masyarakat berpendapat
bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri bila ruam merah pada kulit sudah timbul,
yang berakibat ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka
beranggapan bahwa kalau ruam tidak keluar ke kulit, penyakit ini akan menyerang
kedalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya
sendiri.
Campak biasanya
menyerang anak berusia 5-10 tahun sebelum penggunaan vaksin campak. Setelah
masa imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia
remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau
mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Penelitian di
rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak
terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun
(widoyono, 2008).
2.4 Patogenesis/Patofisiologi
Lesi esensial campak
terdapat dikulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, saluran cerna, dan pada
konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel
polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada hiperplasia jaringan
limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter
sampai 100µm (sel raksasa retikuloendotelial Warthin-Finkeldey) dapat
ditemukan. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan
folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel
endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada
mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa
trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil
bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri sekunder.
Pada kasus
ensfalomielitis yang mematikan, terjadi demielinasi perivaskuler pada daerah
otak dan medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut Dawson
(subacute sclerosing panencephlitis [SSPE]), dapat ada degenerasi korteks dan
subtansi putih (alba) dengan benda-benda inklusi intranuklear dan
intrasitoplasmik (Behrman, kliegman & arvin, 2000).
2.5 Manifestasi
Klinis (Tanda Dan Gejala)
Masa
tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu stadium kataralis,
stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
2.5.1
Stadium Kataralis (Prodromal)
Biasanya stadium ini
berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk,
fotofobia (silau), konjungtivis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir
stadium kataralis dan 24 jam timbul enantema (ruam pada selaput lendir), timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai. Bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema.
Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan
di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang
kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah
limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan dapat
dibuat bila ada bercak koplik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili
dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.5.2 Stadium
Erupsi
Koriza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan
palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema
yang berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula makula timbul dibelakang telinga,
dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam 2 hari
bercak-bercak menjalalar ke muka, lengan atas dan bagian dada, punggun, perut,
tungkai bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,
muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mendibula dan di daerah leher belakag.
Terdapat juga sedikit
splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili
yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
2.5.3 Stadium
Konvalensi
Erupsi berkurang
meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan
akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering pula
ditemukan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menurun sampai
menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi.
Penyakit morbili dapat
dikelirukan dengan penyakit lain yang menyerupainya, yaitu yang disebut German measles. Bedanya pada penyakit
German measles tidak terdapat bercak koplik tetapi ada pembesaran kelenjar
suboksipital, servikal bagian posterior belakang telinga. Ruam akan timbul jika
suhu tubuh telah menjadi normal (ngastiyah, 2005).
2.6
Komplikasi
Pada penyakit morbili
terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji
tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini memudahkan
terjadinya komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis,
bronkopneumonia. Bronkopneumonia dapat
disebabkan oleh virus morbili atau oleh
pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein (KKP),
pasien yang berpenyakit menahun (misalnya tuberkulosis), leukimia dan lainnya.
Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi
neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan
mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi
sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam 1 bulan
setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis
morbili akut), pada pasien yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosupresive measles encephalopathy)
dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
SSPE adalah suatu
penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini
progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh
gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi
motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat sebagian besar pasien
meninggal dunia dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah terjadi gejala pertama.
Penyebab SSPE tidak
jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam
patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan
SSPE dapat timbul sampai 7 tahun setelah morbili.
2.7 Pencegahan Primer , Sekunder , Tersier
2.7.1 Pencegahan Primer
Sasaran
dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit
Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi
faktor-faktor terseb
2.7.2 Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan
segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan
sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala
yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi
untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien berobat.
2.7.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini
diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun antara
dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan
juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
mengendalikan penyakit campak. Dalam penyuluhan ini hal yang
dilakukan adalah :
1.
Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2. Upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan
3. Kesabaran dan
ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan
hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga
sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama ilmu.
2.8 Penatalaksaan
2.81 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan simptomatik
dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang
timbul.
2.8.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit morbili
merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu, sering menyebabkan
kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali
mendapat komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien morbili dengan
bronkopneumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengobatan yang
memadai (kadang perlu diinfus dan pemberian oksigen). Masalah yang perlu
diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman
dan nyaman, resiko terjadi komplikasi, dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
2.8.3 Kebutuhan Nutrisi
Penyakit morbili
menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulutnya
pahit sehingga tidak mau makan/minum. Demam yang yang tinggi menyebabkan
pengeluaran cairan yang lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan/tidak
diusahakan agar anak mau makan atau minum akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan
timbulnya komplikasi. Usahakan agar anak lebih banyak minum, makan makanan
lunak dan berikan susu lebih banyak.
2.8.3
Gangguan suhu tubuh
Morbili selalu
didahului demam tinggi bahkan dapat terjadi hiperpireksia yang walaupun telah
diberi obat penurun panas/antibiotik tidak juga turun sebelum campaknya keluar.
Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretikum dan jika tinggi
sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
2.8.4
Gangguan rasa aman dan nyaman
Jika eksantem telah
keluar anak akan merasakan gatal, hal ini akan menambah gangguan aman dan
kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak
salisil 1% atau lainnya (atas resep dokter). Selama demam masih tinggi jangan
dimandikan tetapi sering-sering dibedak saja.
2.9 Prognosis
Prognosis yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1)
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penjamu dan agens infeksi
2)
Nyeri berhubungan dengan lesi kulit,
malaise
3)
Kerusakan interaksi sosial berhubungan
dengan isolasi dari teman sebaya
4)
Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
5)
Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut
6)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencernatau ketidak mampuan
mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
7)
Ketidak efektifan jalan
nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Morbili adalah penyakit virus akut,
menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar, stadium erupsi
dan stadium konvalensi.
1.Stadium Kataralis (Prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama
4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotofobia (silau),
konjungtivis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan
24 jam timbul enantema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai.
2.Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul
enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum molle. Kadang-kadang
terlihat pula bercak koplik.
3.Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri.
Selain hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit
bersisik.
Pengobatan simptomatik
dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang
timbul. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu dirawat di rumah sakit
karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang perlu diinfus dan pemberian
oksigen).
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Campak pada anak harus dipelajari untuk
lebih memaksimalkan dalam pemahaman
ilmu keperawatan.
2. Pihak akademik perlu
menyelenggarakan seminar tentang campak pada anak.
3. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku
yang berhubungan dengan campak pada anak, umumnya materi-materi yang berkaitan
dengan ilmu kesehatan anak.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Fennelly, Glenn J. 2006. Measles. (Online, http://www.emedicine.com/
PED/topic1388.htm, diakses tanggal 11 Desember 2006)
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3.
Anonimous (1). 2006. Measles.
(Online, http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/
meas.pdf, diakses tanggal 11 Desember 2006
4.
SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi.
Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.
5.
Cronan, Kate. 2005. Measles. (Online, http://www.kidshealth.org/
parent/infections/lung/measles.html, diakses tanggal 11
Desember 2006).
6. Kenneth Todar University of
Wisconsin-Madison Department of Bacteriology. 2006. Measles. Online, www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg, diakses tanggal 11 Desember 2006).
7.
Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th
edition. WB Saunders Company.
8.
William, W. 2002. Current Pediatric Diagnosis & Treatment 16 th
edition. USA: MacGraw-Hill Education
9.
Soegijanto, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi
Pertama. Jakarta: Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Lampiran
Gambar 1 . Morbili pada bagian Chest dan
Abdomen
Gambar 2 . Morbili pada bagian Wajah
Gambar
3 . Morbili pada bagian Punggung Tangan
Gambar
4 . Morbili pada Oral dan Palantum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar