Rabu, 30 November 2016

makalah tentang morbili




MORBILI




Disusun Untuk Tugas Mata Kuliah TIK
Dosen Pengampu : Rismawan Adi Yunanto, S.Kep,Ns.










Oleh :
Farida Kusuma Wardani
NIM. 16037140929




PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2016


 






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).
Penyakit campak pada waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada jika sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena tiidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya.
Morbili ialah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring, darah dan urin selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan droplet dan kontak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak.





1.2             Tujuan
1.2.1          Tujuan Umum
a)      Mahasiswa mengetahui pengertian campak
b)      Mahasiswa mengetahui etiologi campak
c)      Mahasiswa mengetahui patologi campak
d)     Mahasiswa mengetahui gambaran klinis campak
e)      Mahasiswa mengetahui cara penularan
f)       Mahasiswa mengetahui komplikasi campak
g)      Mahasiswa mengetahui cara pencegahan campak
h)      Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan campak]
1.2.2     Tujuan Khusus
Agar mahasiswa memahami konsep campak pada anak dan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan proses keperawatan campak pada anak  dengan benar
1.3          Manfaat
Dapat di gunakan sebagai masukan bagi pengelola program dalam melakukan upaya pembrantasan dan pencegahan penyakit Campak berdasarkan faktor resiko yang telah terbukti di lapangan .













BAB II
KONSEP PENYAKIT

2.1     Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi.Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus (widoyono, 2008).
2.2     Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah (Soegeng Soegijanto, 2002).
2.3      Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara berkembang. Angka kesakitan diseluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada tahun 1998.
Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang dilaporkan, meskipun pada kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati.
Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri bila ruam merah pada kulit sudah timbul, yang berakibat ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan bahwa kalau ruam tidak keluar ke kulit, penyakit ini akan menyerang kedalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri.
Campak biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun sebelum penggunaan vaksin campak. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Penelitian di rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (widoyono, 2008).
2.4     Patogenesis/Patofisiologi
Lesi esensial campak terdapat dikulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, saluran cerna, dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada hiperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100µm (sel raksasa retikuloendotelial Warthin-Finkeldey) dapat ditemukan. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.
Pada kasus ensfalomielitis yang mematikan, terjadi demielinasi perivaskuler pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut Dawson (subacute sclerosing panencephlitis [SSPE]), dapat ada degenerasi korteks dan subtansi putih (alba) dengan benda-benda inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik (Behrman, kliegman & arvin, 2000).
2.5     Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)
 Masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu stadium kataralis, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
2.5.1  Stadium Kataralis (Prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotofobia (silau), konjungtivis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul enantema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak koplik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.5.2      Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula makula timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam 2 hari bercak-bercak menjalalar ke muka, lengan atas dan bagian dada, punggun, perut, tungkai bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mendibula dan di daerah leher belakag.
Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
2.5.3      Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi.
Penyakit morbili dapat dikelirukan dengan penyakit lain yang menyerupainya, yaitu yang disebut German measles. Bedanya pada penyakit German measles tidak terdapat bercak koplik tetapi ada pembesaran kelenjar suboksipital, servikal bagian posterior belakang telinga. Ruam akan timbul jika suhu tubuh telah menjadi normal (ngastiyah, 2005).
2.6     Komplikasi
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini memudahkan terjadinya komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, bronkopneumonia. Bronkopneumonia dapat
disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein (KKP), pasien yang berpenyakit menahun (misalnya tuberkulosis), leukimia dan lainnya. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam 1 bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut), pada pasien yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosupresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). 
SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat sebagian besar pasien meninggal dunia dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah terjadi gejala pertama.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE dapat timbul sampai 7 tahun setelah morbili.
2.7     Pencegahan Primer , Sekunder , Tersier
2.7.1   Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor terseb
2.7.2      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah  upaya  untuk  mencegah  atau menghambat timbulnya  komplikasi dengan  tindakan-tindakan seperti  tes penyaringan  yang ditujukan untuk pendeteksian dini  campak serta penanganan segera dan  efektif. Tujuan  utama  kegiatan-kegiatan pencegahan  sekunder adalah  untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala  yang  telah sakit atau  penderita yang beresiko  tinggi untuk mengembangkan  atau memperparah  penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal  sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya  komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran  penting untuk  meningkatkan kepatuhan pasien  berobat.

2.7.3  Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat  komplikasi. Kegiatan  yang dilakukan  antara  lain  mencegah perubahan dari  komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin  bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan  kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan  untuk  meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit  campak.  Dalam penyuluhan  ini hal  yang dilakukan adalah :
1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3. Kesabaran  dan  ketakwaan untuk dapat menerima dan  memanfaatkan         keadaan  hidup dengan  komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi  antar disiplin  terkait juga sangat diperlukan,  terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama  ilmu.
2.8     Penatalaksaan  
2.81   Penatalaksanaan Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
2.8.2  Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit morbili merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu, sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapat komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang perlu diinfus dan pemberian oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi komplikasi, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
2.8.3  Kebutuhan Nutrisi
Penyakit morbili menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulutnya pahit sehingga tidak mau makan/minum. Demam yang yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan yang lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan/tidak diusahakan agar anak mau makan atau minum akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi. Usahakan agar anak lebih banyak minum, makan makanan lunak dan berikan susu lebih banyak.
2.8.3  Gangguan suhu tubuh
Morbili selalu didahului demam tinggi bahkan dapat terjadi hiperpireksia yang walaupun telah diberi obat penurun panas/antibiotik tidak juga turun sebelum campaknya keluar. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
2.8.4  Gangguan rasa aman dan nyaman
Jika eksantem telah keluar anak akan merasakan gatal, hal ini akan menambah gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas resep dokter). Selama demam masih tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedak saja.
2.9     Prognosis
Prognosis  yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi
2)      Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
3)      Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya
4)      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
5)      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut
6)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencernatau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
7)      Ketidak efektifan  jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.












BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
     1.Stadium Kataralis (Prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotofobia (silau), konjungtivis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul enantema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai.
     2.Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
     3.Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik.
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang perlu diinfus dan pemberian oksigen).




B.       Saran
 Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
     1. Campak pada anak harus dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam              pemahaman ilmu keperawatan.
     2. Pihak akademik perlu menyelenggarakan seminar tentang campak pada anak.
     3. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan campak pada anak, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan ilmu kesehatan anak.






















DAFTAR PUSTAKA

1. Fennelly, Glenn J. 2006. Measles. (Online, http://www.emedicine.com/ PED/topic1388.htm, diakses tanggal 11 Desember 2006)
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Anonimous (1). 2006. Measles. (Online, http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/ meas.pdf, diakses tanggal 11 Desember 2006
4. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.
5. Cronan, Kate. 2005. Measles. (Online, http://www.kidshealth.org/ parent/infections/lung/measles.html, diakses tanggal 11 Desember 2006).
6. Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology. 2006. Measles. Online, www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg, diakses tanggal 11 Desember 2006).
7. Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB Saunders Company.
8. William, W. 2002. Current Pediatric Diagnosis & Treatment 16 th edition. USA: MacGraw-Hill Education
9. Soegijanto, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.





Lampiran

Gambar 1 . Morbili pada bagian Chest dan Abdomen


Gambar 2 . Morbili pada bagian Wajah




Gambar 3 . Morbili pada bagian Punggung Tangan



Gambar 4 . Morbili pada Oral dan Palantum



Tidak ada komentar:

Posting Komentar